Pria terkadang sering merasakan kesendirian yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Kesalahannya dalam memahami dunia, kesalahannya menyesuaikan diri dengan keadaan, hingga tak mampu menjadi seperti yang diharapkan. Tak jarang dia merenung, lalu meluapkan emosi, walau dia tahu itu sama sekali tidak berguna. Kadang bertanya-tanya tidak menimbulkan solusi. Kepada siapa harus bertanya? Bukankah oleh kesalahan sendiri, dia harus bertanya pada dirinya sendiri?
Pertanyaan tidak bisa dijawab hanya dengan diam. Menerka juga tidak termasuk.
Kau pasti pernah dengar pepatah
Jika kau ingin melihat pelangi, kau harus hadapi hujannya.
Pria dibekali insting untuk mencari tahu. Ada beberapa elemen yang menjadikan seorang pria, layak disebut sebagai pria. Lebih tepatnya, pria sejati.
Rasa sakit.
Pria selalu ditempah dengan rasa sakit. Namun tentu dia tidak akan mendapatkannya jika hanya diam. Pria harus berani mengambil resiko. Jika ingin tahu bagaimana rasa sakit, dia harus jemput rasa sakit itu sendiri.
Bagaimana caranya? Relakan diri untuk disakiti, bukan menyakiti.
Di setiap malam, dibawah perapian yang hangat, ayah selalu menasehati anaknya agar tidak menyakiti siapapun, termasuk menyakiti wanita. Beliau berujar ‘Lebih baik disakiti, dari pada menyakiti’
Alasannya sudah jelas. Disakiti membuat diri semakin kuat, seolah menambah kekebalan menghadapi sesuatu yang sering dinamakan patah hati, perpisahan, makian. Namun setiap orang selalu berusaha untuk tidak menyakiti. Namun beberapa orang terpaksa memilih menyakiti, untuk beberapa alasan.
Pria sesungguhnya adalah makhluk yang paling lemah. Bahkan dia yang sudah berpengalaman (disakiti) sekalipun, sesungguhnya masih mempunyai rasa sakit. Hanya saja, dia memang sudah terbiasa akan keadaan seperti itu, atau sudah menemukan penawar untuk menyembuhkan dirinya. Pria selalu mencari cara untuk untuk menyembuhkan dirinya. Sehingga dia sering berkata dengan bangga
‘Kau tidak perlu berpura pura perduli padaku. Ini caraku menyembuhkan luka’
picture source : catple
Wanita tidak perlu khawatir jika pria yang disakitinya, berucap demikian. Wanita patut bersyukur, karena keadaan tidak berlangsung semakin parah, semenjak mereka memutuskan untuk berpisah.
picture source : catple
Wanita tidak perlu resah memikirkan makna yang lebih tersirat dari kata-kata pria saat berpisah, seperti
“Semoga kamu menemukan pria yang lebih baik dariku”
atau
“Semoga kamu menemukan ‘dia’ yang selalu menyebut namamu dalam doanya.”
Tenanglah. Tidak perlu mencari lebih dalam lagi. Sudah kodratnya seorang pria disakiti, dan bukannya menyakiti. Pria yang mengaku pria, tak layak disebut pria jika dia menyakiti wanita dengan motif apapun. Namun ceritanya sudah berbeda, jika pria sudah meminta maaf, namun wanita tidak memaafkannya.
Aku berpikir, jika ayah menceritakan masa lalunya padaku tentang kehidupan percintaannya, butuh lebih dari sekedar kata-kata untuk mengungkapkannya, butuh lebih dari sekedar 61 detik, 25 jam, 32 hari, 367 hari untuk medengarkannya, dan butuh lebih dari sekedar ungkapan ‘Luar biasa’ untuk menggambarkan rasa takjub hati ini tentang luar biasanya kisah cinta yang sederhana itu.
Hingga pria akan selalu termotivasi dengan kisah ayahnya.
Ayah akan selalu memeluk anaknya dengan dekap hangat, sekedar untuk menjaganya dari dinginnya malam dan menceritakan beberapa kisah klasik tentang masa lalu.
Aku tersenyum saat dulu ayah pernah bercerita padaku
“Papa sayang banget sama mamamu itu. Walau pun mamamu itu pernah nyakitin papa pas masa SMA dulu, papa tetap sayang sama mamamu.”
Aku mengejapkan mata. Lalu berbisik dengan pelan.
“Memangnya mama dulu nyakitin papa seperti apa?”
Papa hanya tersenyum. Dia menoleh sejenak ke arah mama yang sedang memasak didapur, sambil menyanyikan lagu rindu.
“Mamamu pernah putus sama papa pas SMA dulu. Katanya sih mama mu tidak merasa nyaman selama pacaran sama papa. Jadi papa lepasin aja, tapi sayangnya papa sempat nyakitin mamamu dulu. Bahkan setelah kami tamat SMA, papa engga pernah minta maaf sama mamamu. Jadi kami berpisah. Kami sama sama melanjutin kuliah, membangun kembali mimpi yang sempat tertunda”
Aku semakin bersemangat mendengarkan cerita ayah.
“Lalu, apa yang membuat papa sama mama bersatu hingga sekarang”
Ada senyum tergurat dari bibir ayah yang mulai menua.
“Karena papa percaya..” ayah menggantung kalimatnya.
“Percaya akan apa, pah?”
“Papa percaya, jika ‘dia’ yang diharapkannya memang ‘aku’, maka Tuhan akan mempersatukan kami pada waktu yang tepat, dan dengan cara yang hebat’
Pria harus mampu bangkit melawan keterpurukan. Setidaknya itu yang diajarkan ayah kepada anaknya. Bahwa setiap kisah yang diawali dan diakhiri dengan disakiti atau menyakiti, tidak akan ada yang berakhir indah. Namun jika kisah itu memang diawali dengan disakiti dan menyakiti, tetapi diakhiri dengan saling meminta maaf, maka hubungan itu akan bertahan, karena:
-Tidak ada hujan yang sanggup membuat keduanya merasa kedinginan, karena mereka saling mendekap dalam hangat.
-Tidak ada badai yang bisa meruntuhkan kisah cinta keduanya, karena mereka tidak menunggu hingga badai reda. Namun mereka menari melewati badai.
-Tidak ada gempa yang mampu mematahkan tanah dimana mereka berpijak, karena mereka saling berpegangan tangan. Dan percaya…
-Hanya maut yang dapat memisahkan mereka.
Setiap perjuangan tidak pernah sia-sia. Semua kisah akan berakhir indah. Hasil tidak akan pernah mengkhianati proses.
Untuk ayahku, Alden.
gak tau harus kasih tanggepan apa, ini semacam curahan hati sbg lelaki gitu kah?
gue sih selalu suka tiap-tiap cerita tentang sosok seorang ayah, karena menurut gue beliau itu orang yang gak bisa disandingkan kehebatannya. setiap anak pasti mengakui lah yaa~
dan suka juga nasihat dlm tulisan ini; jangan pernah menaykiti. 😉
LikeLiked by 2 people
Jangan pernah menyakiti, dan biarkan dirimu disakiti. Begitu kata beliau. Bayangin aja kalau kita punya adik atau kakak, trus disakitin sama orang lain. Pasti ga senang kan?
Ayahku jadi motivasi utamaku dalam menulis tulisan ini.
LikeLike
“Lebih baik disakiti daripada menyakiti”
Kata ini punya arti penuh kasih sayang pada siapapun.
Tulisan ini mengajarkan kita untuk dewasa, bagaimana mampu bertahan bila disakiti, menghilangkan rasa niat balas dendam karena rasa sayang lebih besar.
Tulisan ini benar-benar hebat.
LikeLiked by 1 person
Hanya orang yang punya belas kasih sayang yang tinggi, yang mampu mendalami arti kata itu. Kalau orang lain sih bilangnya ‘mana enak disakiti, kan bisa jadi galau melulu’
Rasa sakit membawa kita ke tahap yang lebih tinggi dalam kehidupan. Karena kalau kita mampu bijaksana dalam perkara-perkara kecil, kita akan dipercayakan oleh Tuhan dalam perkara-perkara besar.
LikeLike
Hwanjirrrrr baper deh gue huhuhu
Seperti itukah pria? Memilih disakiti ketimbang menyakiti. Gue rasa kasusnya akan beda jika sudut pandangnya ganti. Cewek. Justru kadang sikap dingin dan pasrahnya laki laki ‘ memilih utnuk disakiti’ itulah yang sejatinya ‘menyakiti’ wanita.
Bingung gak sih?
Sama muehehhe
Justru laki akan terpancar aura maskulinnya ketika ia berhasil melewati masa masa sulitnya. Masa masa menempa dirinya. Eh tapi, apakah harus segitunya menjadi laki laki, kok kasihan sekali.
Gue selalu menganggap lakinlaki dan perempuan sama aja, punya hari dan ingin kasih sayang. Melewati masa sulit dalam hidup. Hanya saja, laki laki tak sepandai kaum perempuan dalam mengekspresikan perasaan.
LikeLiked by 1 person
Ini memang hanya menurut sudut pandang ku aja, karena ini kuambil dari salah satu pengalaman hidupku dan tak lain adalah, dari motivasi ayahku.
Memang kalau dari sudut pandang universal, laki-laki dan perempuan memang punya hati dan menginginkan untuk diperlakukan dengan baik. Keduanya tak ingin disakiti atau menyakiti. Disakiti tentunya harus, karena itu akan membawa diri kita ke tingkatan yang lebih tinggi dalam kehidupan. Beda halnya dengan menyakiti. Beberapa orang memilih menyakiti, untuk beberapa alasan yang terpaksa.
Sudut pandang kalau sesungguhnya ‘pria yang menyakiti wanita’ itu tidak sepenuhnya benar. Pasti ada alasan yang kuat dibaliknya. Kalau pun pria terpaksa untuk menyakiti wanita tersebut, dia pasti akan meminta maaf.
LikeLike
Itulah kenapa wanita dikatakan terbuat dari tulang rusuk pria. Karena jika tulang rusuk patah, bukan tulangnya yang merasa kesakitan, tapi pemiliknya. Kalo menurut aku sih, sakitnya wanita, sakitnya pria juga..
LikeLiked by 1 person
Iyaa. Keduanya akan merasa sakit. Tapi rasa sakit itu akan hilang jika keduanya saling meminta maaf. Hanya itu yang menjadikan suatu hubungan akan bertahan.
LikeLike
Ya, bener banget. lebih baik pria yang mengalah untuk disakiti. Walaupun si wanita yang salah, pria yang harus mengalah dan meminta maaf, supaya hubungan tetap bertahan. Pria harus lebih dewasa.
LikeLike
Sipp banget deh dengan pendapatmu bro :))
LikeLike
“Papa percaya, jika ‘dia’ yang diharapkannya memang ‘aku’, maka Tuhan akan mempersatukan kami pada waktu yang tepat, dan dengan cara yang hebat” Kata-katanya dalem banget, berasa langsung.
Kadang wanita dan pria memang saling menyakiti, tapi didalam hatinya mereka tau kalau saling membutuhkan. Bagus tulisannyaaa (:
LikeLike
Yaapp betul sekali. Itupun mereka terpaksa menyakiti, karena suatu alasan yang jelas. Mereka saling membutuhkan, mengisi kekosongan.
Makasihh kak Vindyy
LikeLike
Luar biasa ada cowok yang berbincang sedalam ini sama orangtuanya terutama sama ayah. Biasanya cowok lebih deket sama Ibu dibanding ayah.
Lebih baik disakiti daripada menyakiti? katanya, entah gue setuju atau ngga dengan pernyataan ini, kalo bisa milih sih mending gak usah 22nya, tapi kalo mikir lagi ada gak sih di dunia ini orang yang gak pernah menyakiti meskipun dia orang baik sekalipun. Karena pernah nemuin juga ada orang baik yang menyakiti hati meskipun tanpa dia sadari. Entahlah.. hehehe
LikeLike
Ya pasti ada dong orang yang pernah menyakiti di dunia ini, karena dia kan cuma manusia biasa. Dan pasti ada alasan kuat dibaliknya.
LikeLike
Wah terbaik ayah lu. Dari kisah ayah lu juga lu bisa menciptakan karya tulisan sekeren ini.
Iyap gua setuju kalo kita gak boleh menyakiti orang. Disakiti membuat kita menjadi kuat, menyakiti malah membuat kita terlihat lemah.
Keren keren tulisannya. Banyak kutipan yang bisa di ambil untuk kehidupan kita semua. Terus berkarya bro!
LikeLike
Oiyaa gue gak kepikiran kalau kita menyakiti ternyata membuat kita terlihat lemah. Guee juga bisa ambil banyak kutipan dari komentar – komentar di postingan gue kni
LikeLike
Ngomong2 soal ayah. Gue selalu kagum, bangga dan sangat hormat terhadap beliau.
Sebagai panutan beliau memiliki segalanya. Gue selalu terinspirasi oleh ayah.
Klo masalah disakiti menyakiti gue juga bingung harus memilih yg sama. Dalam pikiran gue, klo gue punya hubungan sama seseorang. Gue akan kerahkan 100% untuk kebahagiaan. Jadi gue lebih memilih kebahagiaan. :))))
LikeLike
Pria akan selalu termotivasi dari kisah ayahnya, dan berusahaa membuat kisah hidupnya lebih baik dari kisah sang ayah.
Dalam suatu hubungan, konflik lah yang membuatnya semakin kuat. Dan konflik juga harus memilih, antara menyakiti, atau disakiti.
LikeLike
waduh bro, aku baca ini sambil senyum-senyum sendiri dan bergumam dalam hati, ‘iyaa, bener juga ya.’
Pria itu mungkin lebih baik disakiti emang, karena pria kan kebanyakan menggunakan logika daripada perasaan, jadi mungkin dia lebih tegar dan kuat ketika disakiti. Lain halnya dengan wanita yang memang mengedepankan perasaan terlebih dahulu.
Oh iya, membaca cerita klasik Papamu dulu aku bisa petik satu pelajaran, bahwa meskipun kita awalnya saling menyakiti, sebuah kata maaf itu akan mengembalikan sebuah hubungan yang retak yaa. Selain itu Papamu juga percaya bahwa dia Mamamu adalah pendamping terbaik. Duh, so sweet banget lah hehe.
LikeLike
Pria harus begitu. Dia ditempah dengan rasa sakit dan memang kodratnya kalau dia harus tegar dan kuat, itu yang menjadikannya sebagai pria sejati.
Kalau hubungan keduanya udah dilandasi dengan perasaan saling memaafkan, isitilah nya ‘there’s no obstacle’ tidak ada rintangan yang tidak dapat dilewati.
The power or sorry
LikeLike
Kamu emang bisa ya bikin tulisan kayak gitu, salut..
Jadi obrolan sama ayahmu itu beneran? Aku ngerasa, wow.. Sama ayah ngomongnya bisa kayak gitu. Soalnya aku pribadi g deket sama ayahku, lebih deket sama ibu.
Apa yg kamu tuliskan itu entahlah, seperti percaya atau tidak dengan kenyataan soal lelaki (dari sudut pandang perempuan), bukannya aku mau mengejudge semua lelaki. Kamu terispirasi dari ayahmu, akupun melihat ayahku sama seperti kamu. Mereka lelaki hebat dan langka. Fakta soal lelaki yg kamu tuliskan memang ada, tapi bagaikan mencari jarum di jerami. Begitu juga laki-laki melihat perempuan. Selalu punya sudut pandang yg berbeda.
LikeLike
Ada cerita lain dibalik obrolan ku dengan ayahku itu. Obrolannya sih aku karang sendiri, tapi nasehatnya memang itu kok.
LikeLike
Kalau menurutku laki-laki dan peremp[uan sama saja, tidak mau menyakiti. Tapi kalau baca cerita di atas memang benar nasihat sang ayah. Kita harus percaya sama pasangan yang akan diciptakan untuk kita kelak.
LikeLike
Bener banget. Saling percaya yang membuat mereka akan bertahan
LikeLike
Setuju banget sama kata2 lebih baik disakiti daripada menyakiti. Memang lebih baik belajar dari kesalahan daripada mengulangi dan membalasnya. Laki2 harus mampu bangkit dari keterpurukan.
Menarik membaca cerita dari ayahmu. Membagikan pengalaman yang sangat bermanfaat sekali untuk dimasa yg akan datang
LikeLike
Anak yang beruntung mempunyai Ayah seperti itu ya,,,,, Ayah yang rela memegang prinsip lebih baik disakiti, karena darrrrrri situ kita belajar untuk bisa lebih kuat dan jangan menyakiti. padahal entah karena cewek lebih baper atau emang kebanyakan cowok lebih sering mengecewakan, pria lebih dikenal dengan sebutan pelaku alias yang sering menyakiti dalam sebuah hubungan. Walau nggak semuanya begitu. tapi, kalau bisa memilih, susah juga. aku nggak mau disakiti atau pun menyakiti..sama sama mengandung rasa sakit.
LikeLike